Dengan ditempatkan sebagai acuan perhitungan kalender, siklus peredaran
Bulan dan Matahari itu logisnya harus bersifat eksak, dan nyatanya memang
demikian. Al-Qur'an (ar-Rahman ayat 5) menegaskan: "Asy-syamsu
wal-qamaru bihusban" (Matahari dan Bulan beredar dengan perhitungan),
dan hasil penyelidikan ilmu pengetahuan membenarkan hal itu. Konsekuensi
logisnya -karena peredaran Bulan dan Matahari bersifat eksak- adalah bahwa
penyusunan kalender yang mengacu kepada peredaran kedua benda langit tersebut
tentu bisa dilakukan dengan hisab atau perhitungan.
Dengan observasi atau rukyat yang cermat dan berulang-ulang terhadap posisi
benda-benda langit, manusia telah mengetahui ihwal peredaran benda-benda langit
yang eksak itu beserta lintasannya. Observasi seperti itu telah dilakukan oleh
bangsa Babilonia yang berada di antara sungai Tigris dan sungai Efrat (selatan
Irak sekarang) pada kurang-lebih 3.000 tahun sebelum Masehi. Mereka sudah
menemukan dua belas gugusan bintang-bintang (zodiak) di langit yang posisinya
mereka bayangkan membentuk satu lingkaran. Setiap gugusan bintang akan berlalu
setelah 30 hari. Penemuan mereka itu akhirnya melahirkan ilmu geometri dan
matematika, ilmu ukur dan ilmu hisab (hitung).
Ilmu perbintangan bangsa Babilonia itu kemudian dibawa oleh
pedagang-pedagang dari Tunisia ke Yunani. Di antara orang Yunani yang kemudian
dikenaI ahli dalam ilmu perbintangan (astronomi) dan geografi adalah Claudius
Ptolemaeus (100-178 M.). Selanjutnya bangsa Arab mengambil alih ilmu
perbintangan tersebut dari Yunani. Selama beberapa abad setelah Nabi Muhammad
SAW wafat (632 M.), yakni pada zaman gemilangnya imperium Arab, kekayaan ilmu
dari Yunani itu dikaji, diterjemahkan, dan disajikan kembali dengan
tambahan-tambahan komentar yang penting. Buku peninggalan Claudius Ptolemaeus
yang disalin ke dalam bahasa Arab dinamakam Ptolemy’s Almagest (magest yang
artinya ”usaha yang paling besar” adalah kata-kata Yunani yang diarabkan dengan
imbuhan "al")
Salah seorang ulama Islam yang muncul sebagai ahli ilmu falak terkemuka
adalah Muhammad bin Musa al-khawarizmi (780-850). Dialah pengumpul dan penyusun
daftar astronomi (zij) yang tertua dalam bentuk angka-angka (sistem
perangkaan Arab diperoleh dari India) yang di kemudian hari termasyhur dengan
nama daftar algoritmus atau daftar logaritma. Daftar logaritma al-Khawarizmi
ini ternyata sangat menentukan dalam perkiraan astronomis, sehingga ia
berkemhang sedemikian rupa di kalangan (sarjana astronom, mengalahkan
teori-teori astronomi serta hisab Yunani dan India yang telah ada, dan bahkan
berkembang sampai ke Tiongkok.
Dari bangsa Arab, ilmu falak kemudian menyebrang ke Eropa, dibawa oleh bangsa Eropa yang menuntut ilmu pengetahuan di Spanyol seperti di Sevilla, Granada, dan Cordoba. Muncullah di Eropah Nicolas Copernicus (1473-1543), ahli ilmu falak dari Polandia yang mencetuskan teori heliosentris yang masih digunakan sampai sekarang. Selanjutnya, dengan ditemukannya teleskop oleh Galileo Galilei (1564-1642) yang menguatkan teori Nicolas Copernicus, ilmu falak kian maju lebih jauh lagi.
Dari bangsa Arab, ilmu falak kemudian menyebrang ke Eropa, dibawa oleh bangsa Eropa yang menuntut ilmu pengetahuan di Spanyol seperti di Sevilla, Granada, dan Cordoba. Muncullah di Eropah Nicolas Copernicus (1473-1543), ahli ilmu falak dari Polandia yang mencetuskan teori heliosentris yang masih digunakan sampai sekarang. Selanjutnya, dengan ditemukannya teleskop oleh Galileo Galilei (1564-1642) yang menguatkan teori Nicolas Copernicus, ilmu falak kian maju lebih jauh lagi.
Penguasaan ulama Islam terhadap ilmu falak telah memungkinkan mereka untuk
melakukan penyusunan kalender berdasarkan hisab. Karena ini fenomena baru, maka
ramailah perbincangan mengenai soal itu dari sudut hukum Islam (fiqh). Di
tengah kontroversi boleh tidaknya berpedoman pada hisab, sejumlah fuqaha
seperti lbnu Banna, Ibnu Syuraih, al-Qaffal, Qadi Abu Taib, Mutraf, lbnu
Qutaibah, lbnu Muqatil ar-Razi, Ibnu Daqiqil ‘Id, dan as-Subki, membolehkan
penggunaan hisab dalam menentukan awal dan akhir Ramadan.
Metode Hisab
a.Hisab Urfi
b. Hisab Hakiki
- Taqribi
- Tahqiqi
- Kontemporer